Selasa, 09 Juni 2009

Lumayan......

SEPIRING baso tahu atau siomay kurasa cukup lumayan untuk bisa mengganjal perut. Bukan saja mengganjal peruta yang memang tengah meronta minta diisi, tapi juga lumayan ikut menghangatkan tubuhku yang sedari tadi "dingin" akibat sendirian saja.

Baso tahu yang kubeli dari si Emang di depan gerbang kantor memang sedikit-banyak telah membantuku. Membantu dari rasa lapar dan "dingin" tentunya. Bahkan mungkin aku sangat menikmati baso tahu itu ketika tadi melahapnya. Sampai seseorang berkata, "nikmatin banget kayaknya????"

Ya gimana tidak nikmat. Semua itu adalah nikmat. Bentuk atas nikmat yang diberikan Tuhan untukku malam ini. Di saat aku tengah lapar mencari makan, tiba-tiba ketika aku berjalan sedikit ke luar ruangan dan menengok pintu gerbang kantor, gerobak baso tahu telah menanti. Walau sebetulnya yang aku cari adalah bubur ayam, tapi baso tahu juga gak jadi masalah. Toh bisa membantuku.

Perutku pun kini jadi terisi, tak ada lagi lapar yang terasa. Lumayan memang, sepiring baso tahu di kala perut tengah lapar dan badan terasa dingin akibat udara malam sehabis terkena rincikan hujan. Sungguh lumayan memang.....

Sendiri

MALAM ini aku memang bertugas sendiri di kantor. Tak ada rekan lain yang biasa "setia" menemani. Mereka semua bsen, dengan alasan yang berbeda. Sakit dan entahlah sebutan apa yang harus aku namakan untuk teman piketku satu lagi. Yang jelas malam ini dia sama sekali "tidak membantu".

Udahlah, aku gak mau membahas semua itu. Yang jelas saat ini aku sendiri brtugas di kantor. Hanya ada redaktur dan lain-lain yang "setia" menemani kesendirianku malam ini. Agak berat memang. Bukan hanya berat karena gak ada yang bias diajak ngobrol atau "dikejain", tapi berat karena aku harus menjalankan tugas ini sendirian.

Aku gak tahu sampai jam berapa tugasku akan kelar. Yang jelas berdasarkan pengalaman biasanya, yang mana aku kerjakan tugas ini beramai-ramai, tugas baru kelar pukul 23.00-00.00 tengah malam. Entah malam ini, di mana aku kerjakan semua tugas sendiri. Mungkin lebih lama, tapi bisa saja lebih cepat (jika redaktur berhasil menyelesaikan tugasnya lebih cepat).

Selasa, 02 Juni 2009

Benci Hujan

JIKA ada pertanyaan apa yang kamu benci saat ini, aku pasti jawab hujan. Mengapa? Karena beberapa hari terakhir ini Bandung emang selalu dilanda hujan. Dan itu, terus terang saja mengganggu aktivitasku. Pokoknya benci banget deh sama hujan.

Aku juga gak tahu kenapa ya sekarang Bandung jadi sering dilanda hujan? Padahal udah bukan lagi musim hujan dan beberapa pekan sebelumnya juga langit Bandung selalu cerah disinari matahari. Wah panas deh pokoknya. Nah sekarang ini, berubah. Hujan terus.

Sudah bisa diprediksi, jika sekitar pukul 11.00 atau 12.00 udara gak enak banget. Gerah banget dicampur lembab, pasti deh sore harinya bakal turun hujan. Dan betul banget. Pokoknya pukul 13.00 ke sana pasti hujan turun deh. Dan itu biasanya cukup deras sehingga membuat jalanan banjir cileuncang.

Kalau sudah banjir cileuncang, wah so pasti lalu lintas di Bandung tersendat. Jalanan menjadi penuh kendaraan yang bergerak merayap. Maklum biasanya hujan turun tepat dengan jam kepulangan kerja. Dan itu, bikin semua orang jadi stres.

Malam ini juga hujan turun lagi. Dari suaranya yang kudengar dari dalam kantor sih sepertinya deras sekali. Mudah-mudahan saja tidak lama dan ketika aku pulang kerja nanti tengah malam, hujan sudah reda. Bukan apa-apa, aku benci aja sama hujan. Pasti semua jadi basah deh walo dah pake jas hujan juga..........


Mulai dari yang Sederhana

KEMAREN sore kebetulan aku liputan di Unpad, dan ada workshop di sana. Kebetulan juga Raditya Dika sebagai narasumber dalam acara tersebut. Ya sekalian be;ajar dari dia bagaimana ceritanya bisa nulis buku. Ternyata dia bilang, dia bisa nulis bukan karena jago, tapi karena kebiasaan nulis sejak kecil.

Ya emang benar. Pepatah mengatakan, "Bisa ala biasa". Begituah kira-kira. Dan dia pun emang sudah terbiasa nulis sejak kelas 4 SD. Bagaimana ceritanya? "Dulu gue sering nulis surat. Bahkan surat cinta untuk seorang cewek," katanya. Selain itu dia juga kerap nulis diary dan bertukar diary dengan temannya, yang kebetulan cewek juga.

Kebiasaan itulah yang kemudian terbawa sampe sekarang. Menulis dalam buku catatan sederhana, kemudian berkembang ke dalam blog dan akhirnya menjadi buku. Padahal kata Raditya, apa yang dia tulis cukup sederhana, bahkan bahan yang jadi buku juga sederhana, karena semuanya diambil dari blognya.

Raditya biasa menuliskan apa yang tengah dailaminya sehari-hari. Dan itu diramunya menjadi cerita yang cikup unik sehingga penerbitpun tertarik dan bersedia menerbitkannya. "Jangan takut untuk menuliskan apa yang kita alami sehari-hari. Karena gue juga dulu sempet nulis surat cinta untuk cewek dalam Bahasa Inggris. Apa yang terjadi? Surat gue bukannya dibalas tapi malah dibalikkin dengan tatanan Bahasa Inggris yang benar," kisahnya.

"Maklum, Bahasa Inggris gue jelek banget waktu SD tapi gue beraniin aja untuk nulis dalam Bahasa Inggris. Nah jika kalian pengen nulis yang benar jangan lupa kuasai dulu duduk permasalahannya. Jangan kayak gue yang sok tahu nulis dalam Bahasa Inggris," urainya sambil tertawa.

Menulis dari yang sederhana. Memang itulah yang harus dilakukan untuk mulai memberanikan diri. Jangan takut salah karena namanya juga belajar. Heheehe,,,,,, (*)