Selasa, 07 Juli 2009

Mie "Tek Tek"

BEBERAPA saat lalu, sebelum tugas menumpuk, saya sempatkan diri untuk membeli makanan terlebih dahulu. Tujuannya tentu saja, kalau bukan untuk mengisi perut yang kebetulan sedari siang tadi memang masih kosong.

Jalan Baranangsiang pun menjadi tempat tujuan untuk mencari isi perut itu. Saya ajak seorang kawan untuk ikut bersama ke sana. Ya, tepatnya untuk membeli makan juga. Kebetulan dia juga mengaku lapar dan butuh makanan untuk mengisi perutnya yang sedari tadi sudah keroncongan.

Melewati jalanan pasar Kosambi sampai akhirnya tiba di sebuah tenda makan di Jalan Baranangsiang, tak jauh dari gedung kesenian "Rumentangsiang". Gedung kesenian yang dahulu cukup termasyhur namanya, namun kini seiring berjalannya waktu, nama "Rumentangsiang" seakan-akan tenggelam. Tak dikenal, apalagi oleh anak muda yang bukan asli Bandung (seperti saya ini).

Sebuah tenda nasi goreng pun dipilih. Kebetulan tempat tersebut sudah pernah kami (saya dan kawan) singgahi beberapa pekan ke belakang. Ketika itu, kami yang tengah bertugas piket malam merasakan lapar luar biasa. Diputuskanlah untuk mencari makan terlebih dahulu, dan ketemulah tenda nasi goreng itu.

Memesan satu dua porsi nasi goreng untuk kami berdua. Dibungkus, karena kami ingin memakannya di kantor. Bukan untuk apa-apa, bukan untuk pamer ke rekan yang lain, tetapi kami merasa lebih nyaman seperti itu. Tentu saja, tugas yang masih menumpuk menjadi pertimbangannya.

Setelah dirasa nasi goreng buatan Bapak Anu (entahlah saya belum tahu namanya) cukup enak, kami pun seperti ketagihan. Malam ini pun kami putuskan untuk membeli makan kembali ke tenda nasi goreng tersebut.

Namun kali ini bukan nasi goreng yang saya pesan. Saya lebih memilih mie "Tek Tek" berkuah. Saya pikir rasanya yang bercampur pedas akan menjadi "seni" tersendiri di lidah saya. Apalagi selama ini saya memang "mengidolakan" mie "Tek Tek", terutama mie "Tek Tek" yang selalu lewat tempat kos saya setiap malam.

Wanginya yang khas, karena dimasak dengan arang (bukan kompor gas) menjadi day atarik tersendiri. Apalagi mie "Tek Tek" tersebut selalu ditaburi irisan cabai rawit yang super nikmat. Waw.... luar biasa rasanya.

Membayangkan mie "Tek Tek" yang kerap saya beli di tempat kos membuat saya memutuskan untuk membeli mie tersebut pada Bapak yang ada di tenda nasi goreng. Kebetulan juga, ada menu mie "Tek Tek" yang ditawarkan.

Namun apa yang terjadi? Ternyata mie "Tek Tek" yang diperoleh dari si Bapak di tenda nasi goreng itu jauh dari yang saya bayangkan. Mie "Tek Tek" yang saya dapatkan malam ini tidak jauh beda dengan mie goreng kebanyakan. Pokoknya rasanya juga jauh berbeda, apalagi aroma khasnya, tidak ada sama sekali.

Tapi apa boleh buat, mie "Tek Tek" itu sudah saya beli. Mubazir jika tidak dimakan. Apalagi dengan kondisi perut yang memang dari tadi minta untuk diisi. Mie "Tek Tek" yang kurang enak pun habis dilahap. Tinggal mangkuknya saja yang tersisa. (dasar emang doyan aja kali......!!!!)

Bandung 070709

Tidak ada komentar:

Posting Komentar