Jumat, 20 Maret 2009

Hadiah

TIBA-tiba telepon genggamku berdering. Sontak aku langsung mencari sumber suara tersebut. Kubuka tas, tapi tak kutemukan pesawat seluler tersebut.

"Di mana ya, tadi kusimpan?" tanyaku dalam hati.

Tiba-tiba saja aku ingat. Pasti di saku tas yang paling dalam. Biasanya kan aku selalu nyimpan HP di sana. Benar juga, suara dering telepon tadi memang berasal dari saku tas tersebut.

Kulihat layar, tertulis Iki Zaki, Adik sepupuku yang baru berusia empat tahun. Ada apa, dia nelepon aku sore-sore begini.

"Halo…!" kuawali pembicaraan.

"Teh Ida?" terdengar suara beningnya nun jauh di sana.

"Ada apa?" aku langsung menanyakan tujuan dia menelepon.

"Juara. Iki juara mewarnai, dan dapat hadiah," terangnya.

Ya, dia memang kini tengah belajar di Paud (Pendidikan Anak Usia Dini) atau biasa disebut juga play group. Baru-baru ini di tempatnya belajar diadakan lomba mewarnai. Dan dia, membawa kabar baik, kalau dirinya jadi juara dalam lomba tersebut.

Dari suaranya terdengar kalau dia tengah bahagia. Ya, bahagia layaknya anak-anak yang tenagh kejatuhan bintang. Aku pun demikian, ketika kecil aku selalu merasa bahagia luar biasa jika jadi juara di sekolah.

Tiba-tiba saja pikiranku teringat pada masa aku duduk di bangku SD. Bukannya sombong, aku memang kerap menjadi juara pertama di kelas. Dan aku akan merasa senang luar biasa, jika guru mengumumkan siapa yang rangking pertama di kelas catur wulan (cawu) ini. Informasi saja, jamanku sekolah menggunakan sistim cawu bukan smester seperti sekarang ini. Proses belajar dievaluasi percawu atau perempat bulan sekali. Jadi, dalam setahun ada tiga cawu.

Cawu pertama dan kedua di kelas 1, aku rangking pertama. Bagaimana dengan cawu ketiga yang pengumuman hasil belajarnya selalu bertepatan dengan kenaikan kelas? Berita bagus, ketika diumumkan di depan para orang tua murid, aku menjadi juara pertama di kelas satu. Otomatis, hatiku senang. Yang lebih mendebarkan adalah aku dipanggil ke atas pentas untuk menerima penghargaan.

Naik ke pentas tidak sendirian, kami berenam. Semuanya merupakan juara pertama di masing-masing kelas, kelas 1 hingga kelas 6. Aku dapat hadiah, entah apa isinya, saat menerima bungkusan berwarna coklat aku belum mengetahuinya.

"Wah, selamat ya, Ida jadi juara," ucap teman-teman dan orang tua murid.

Tidak hanya untukku, mereka juga mengucapkan selamat kepada orang tuaku, yang kebetulan pada saat itu hadir. Kulihat raut kebahagiaan juga terpancar dari wajah Ibu-Bapakku.

"Apa ya kira-kira hadiahnya?" hatiku bertanya-tanya.

"Mungkin buku dan alat tulis lainnya," tebak temanku.

"Mungkin, karena biasanya hadiah tidak pernah jauh dari barang-barang keperluan sekolah seperti itu," pikirku.

Benar saja, tebakanku dan temanku 100 persen jitu. Isi bungkusan warna coklat tersebut adalah lima buah buku tulis.

Meski hadiahnya sederhana, namun aku tidak bisa membohongi betapa senangnya aku. Mungkin jika terlihat, perasaanku seperti berada di atas awang-awang. Melayang tinggi hingga mendekati langit biru.

Ya, yang namanya hadiah memang selalu membahagiakan setiap penerimanya. Meski bentuk atau harga barang yang dihadiahkan tidak seberapa. Begitu juga yang dirasakan adik sepupuku Iki saat ini. Perasaannya tengah melayang-layang. Bahagia luar biasa karena mendapat hadiah dari kejuaraan mewarnai di sekolahnya.

***

Subang, 3 April 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar