Jumat, 20 Maret 2009

Jika Musim Panen Nanas di Wilayah Subang Dijadikan Oleh-oleh Khas, Dijajakan Sepanjang Jalan

Jika Musim Panen Nanas di Wilayah Subang

Dijadikan Oleh-oleh Khas, Dijajakan Sepanjang Jalan

Sudah jadi rahasia umum, Subang dikenal sebagai Kota Nanas. Pasalnya daerah yang terletak ke arah utara dari ibu kota provinsi Jawa Barat tersebut memiliki buah nanas khas. Diberi nama si madu, nanas tersebut konon terkenal dengan cita rasanya yang sangat manis, bahkan semanis madu.

Laporan Ida Romlah

dari Subang

NANAS si madu memang lain daripada yang lain. Rasanya yang khas, yakni sangat manis dan tidak merusak selera lidah layaknya rasa nanas biasa pada umumnya adalah salah satu cirinya. Tak heran, banyak orang dari luar kota nun jauh di sana sengaja mengunjungi atau hanya sekedar melintasi Subang, hanya karena ingin mencicipi buah satu itu. Di Subang, buah nanas ditanam di daerah bagian selatan, tepatnya di kawasan Kecamatan Jalancagak dan sekitarnya. Daerah tersebut dinilai cocok untuk membudidayakan buah tersebut karena iklimnya yang merupakan wilayah berdataran tinggi. Bahkan di sana, sejumlah warga sengaja berprofesi sebagai petani nanas. Jika musim panen nanas tiba, bukan hanya daerah asal nanas ditanam saja yang kebanjiran. Sejumlah wilayah di Subang juga ikut merasakan hawa panen tersebut. Salah satunya adalah dengan banyaknya otlet atau kios di sepanjang jalan raya yang ikut menjajakan buah tersebut. Seperti di sepanjang jalan raya Subang-Kalijati, tepatnya di sentra oleh-oleh Sukasari dan Dawuan, sejumlah kios tidak akan pernah ketinggalan untuk menawarkan buah khas Subang itu. Beranjak ke jalan raya dekat Subang kota, yakni daerah Dangdeur, pecinta buah nanas tidak perlu khawatir. Pasalnya di sepanjang jalan tersebut, kios-kios sudah barang tentu juga menjajakannya. Dari sekian nanas yang ada, annas si madu merupakan primadona. Karenanya, julukan Kota Nanas untuk Subang juga akibat dari adanya jenis si madu tersebut. Namun untuk bisa memperoleh nanas yang benar-benar merupakan jenis si madu, dinilai cukup sulit. Pasalnya nanas jenis itu sukar dibudidayakan, dan akan muncul tanpa diduga-duga. Eman, petani nanas asal Kumpay Jalancagak mengakui, banyak sekali pedagang yang menukil nama si madu untuk nanasnya. Padahal itu belum tentu benar, karena jumlah si madu tidak sebanyak jenis lainnya. “Si madu itu kadang kita gak tahu seperti apa pohonnya. Karena dia tumbuh tanpa diduga, sehingga sulit jika kita ingin membudidayakannya,” terang dia. Karena itu, dia berpesan jika ingin agar julukan Kota Nanas tetap dipegang Subang dan si madu tidak punah, petani dan semua pihak harus bisa mempertahankannya. Caranya, kembangkan pertanian nanas, jangan sampai punah. Apalagi jika lahan perkebunan nanas beralih fungsi jadi lahan perkebunan yang lain, bisa-bisa nama si madu tidak akan ditemukan lagi.(*)

1 komentar:

  1. Ha ha ha.... itu kan hasil liputanku waktu masih di Paseks. Aku masih ingat, liputan sendiri ke Ciater. Tujuannya sih mo liput suasana di tempat siwata saat libur lebara. Nah pas pulang, aku mampir ke salah satu outlet nanas di pinggir jalan Patrol, Jalancagak. Aku ngobrol lah dengan sang penjual dan beberapa pembeli. Jadi deh bahan tulisan yang kemudian dipublikasikan di HU Paseks. He he he

    BalasHapus