Jumat, 20 Maret 2009

Hanya Fiktif


"Selamat ulang tahun,,,,"
tiba-tiba suara seseorang mampir di telingaku. Sontak, akupun kaget dibuatnya. Kuangkat wajah, lalu ketoleh ke kiri.

"Kamu?" tanyaku heran.

"Ya, ini aku," jawabnya singkat. Dia lonjorkan tangan, meminta untuk berjabat. Kusambut tangannya, dan kamipun saling berjabat.

"Sudah lama ya kita gak ketemu. Kamu gimana kabarnya? Katanya,,,?"

Tanpa kubiarkan dia bicara lebih panjang, aku langsung memotongnya. "Iya. Lumayan juga kita gak pernah ketemu. Kabarku baik-baik saja, dan kamu?" aku balik nanya.

Akhirnya kamipun bercerita panjang-lebar soal kegiatan masing-masing selama kurang-
lebih empat tahun tak bertemu. Hanya kirim kabar melalui email atau telepon yang bisa kami lakukan selama jangka waktu empat tahun tersebut.

"Kamu banyak berubah," tiba-tiba dia berikan pernyataan. Aku gak tahu persis, perubahan apa yang dia maksud, apa dari sikapku saat tahu dia ada di hadapanku, atau bagaimana.

"Berubah? Masa sih?" tanyaku penuh heran, tapi tetap halus tanpa bermaksud menyinggung perasaannya.

"Iya, kamu jadi tambah dewasa dan,,," lagi-lagi dia memotong omongannya.

Dan apa ya kira-kira, pikirku dalam hati. Mungkin iya, saat ini aku telah berubah, berubah karena seiring berjalannya waktu. Namun, jujur, aku juga merasa dia sedikit berubah saat ini. Dia sama sekali tak seperti yang aku kenal dulu. Waktu kami sering menghabiskan banyak waktu untuk berdua. Jalan-jalan di taman, ngeteh bareng di kafe dan masih banyak kenangan indah yang kami lalui bersama.

Ah, andai saja waktu bisa kembali ke empat tahun silam. Mungkin aku dan dia tidak akan merasa saling asing seperti sekarang ini. Mungkin, kami akan lebih akrab, dan tidak kaku seperti saat ini. Tapi, ini sudah takdir Tuhan. Kami harus dipisahkan selama empat tahun, dan hari ini, tepat di ulang tahunku, dia datang ke rumah dengan membawa suasana baru.

"Kamu kenapa, kok dari tadi banyak diam?" tanyanya mencairkan suasana.

Aku hanya bisa tersenyum. "Emmm...ada pestanya gak, aku sengaja lo datang ke sini hanya untuk menemui kamu," pernyataan itulah yang aku tunggu-tunggu sejak beberapa tahun silam. Jujur, meski kami sangat dekat, tapi belum pernah sekalipun dia melontarkan pujian atau kata-kata yang bisa bikin aku melayang hingga langit ketujuh. Mungkin pernytaan barusan lah yang dinilai paling baik. (Hehe,,,)

"Oya? kamu sengaja datang ke sini hanya untuk aku? bukannya kamu datang untuk Rudi?" tanyaku balik. Rudi adalah adekku laki-laki satu-satunya. dan dia juga merupakan sahabat dekatnya, maklum sejak dari kecil Rudi dan dia sudah berteman. Dulu orang tua kami sama-sama bekerja di satu perusahaan dengan orang tuanya.

"Gak kok. Aku serius, kau datang hanya untuk kamu. Selama empat tahun kita berpisah, aku merasa kalau aku sangat butuh kamu. Aku juga gak tahu kenapa, tapi mungkin inilah yang dinamakan jatuh cinta. Aku cinta sama kamu. Aku sayang sama kamu. Aku ingin kamu jadi orang yang paling spesial buat aku, bukan hanya sebatas sahabat, aku ingin lebih," ungkapnya di depan mataku.

Aku gak tahu mesti berkata apa, tiba-tiba bibirku kaku, lidahku tak bisa digerakkan. Hanya air mata bahagia yang menetes dari kedua mataku. "Kamu kenapa? gak suka?" tanyanya. Aku makin tak bisa ngomong sedikitpun. Hanya gelengan kepala yang bisa aku lakukan saat itu. Diapun merangkul tubuhku dan memelukku erat. Mungkin dia tahu apa yang ada dalam pikiranku.

"Aku mencintaimu sejak kita pertama kali kenal," bisiknya.

Aku bahagia banget, sungguh bahagia. Kado apa yang telah Tuhan kasih di hari jadiku ke-24 ini. Subhanallah,,,,

Subang, 4 September 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar